Kamis, 11 September 2014

Pendahuluan Analisa Sistem Tenaga Listrik

PENDAHULUAN 
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang trbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen-komponen listrik seperti generator, transformator, jaringan tenaga listrik dan beban-beban listrik.
Peranan utama dari suatu sistem tenaga listrik adalah menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan oleh generator ke konsumen-konsumen yang membutuhkan energi listrik tersebut. Secara garis besar suatu sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian sub sistem, yaitu :
1.   Bagian Pembangkitan, meliputi :
¨  Generator
¨  Gardu Induk Pembangkitan (sebagian)
2.  Bagian Penyaluran/Transmisi Daya, meliputi :
¨  Saluran transmisi
¨  Gardu Induk
¨  Saluran sub-transmisi
3.  Bagian Distribusi dan Beban, meliputi :
¨  Gardu Induk Distribusi (sebagian)
¨  Saluran Distribusi Primer
¨  Gardu Distribusi
¨  Saluran Distribusi Sekunder
¨  Beban Listrik/konsumen
Sebagai ilustrasi, diagram satu garis sistem tenaga listrik dapat digambarkan sebagai berikut (lihat gambar 1.1) :
Gambar 1.1. Diagram satu garis sistem tenaga
Keterangan :
a    =  Generator
b    =  Gardu Induk Pembangkit
c    =  Saluran Transmisi
d    =  Gardu Induk
e    =  Saluran Transmisi
f    =  Gardu Induk Distribusi
g    =  Saluran Distribusi Primer
h    =  Gardu Distribusi
i    =  Saluran Distribusi Sekunder
SP  =  Sistem Pembangkitan
ST  =  Sistem Transmisi
SD  =  Sistem Distribusi
Berdasarkan pembagian diatas, fungsi dari masing-masing sub-sistem dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.    Pembangkitan berperan sebagai sumber daya tenaga listrik dan disebut juga sebagai produktor energi.
2.    Sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur daya listrik secara besar-besaran dari pembangkit ke bagian sistem distribusi/konsumen. Dilihat dari sistem transmisi, sistem distribusi dapat dianggap sebagai beban sistem transmisi.
3.    Sistem distribusi berperan sebagai distributor energi ke konsumen-konsumen yang membutuhkan energi tersebut.
Persoalan-persoalan dalam sistem tenaga listrik antara lain aliran daya, operasi ekonomis, hubung singkat, stabilitas : statis, dinamis dan transient, pengaturan daya aktif dan frekuensi, pengaturan tegangan dan daya reaktif, pelepasan beban dan lain-lain.
Analisis aliran beban :
Analisis aliran beban ini merupakan studi dasar dan studi yang paling pokok dari semua studi dalam sistem tenaga. Oleh karena itu penentuan data-data yang dipakai dalam studi ini harus seteliti mungkin.
Tujuan dari analisis aliran beban ini adalah :
¨    Memeriksa tegangan dan pengaturan tegangan,
¨    Memeriksa apakah semua peralatan (transformator dan saluran transmisi) cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan,
¨    Memperoleh kondisi mula untuk studi-studi operasi ekonomis hubung singkat, stabilitas dan perencanaan pengembangan sistem.
Operasi ekonomis
Dalam suatu sistem tenaga listrik pada umumnya jumlah pusat tenaga listrik selalu lebih dari satu, misalnya PLTU, PLTG, PLTD, PLTA dan lain-lain.
Tujuan dari studi operasi ekonomis ini adalah untuk membuat jadwal (skedul) dari daya keluar generator-generator yang ada dalam sistem untuk mensuplai beban sistem sedemikian rupa sehingga jumlah ongkos pembangkitan seminim mungkin.
Analisis hubung singkat
Tujuan dari analisis hubung singkat adalah :
1.      Memeriksa besar daya hubung singkat pada setiap bus yang ada dalam sistem, dan juga besar daya yang mengalir pada setiap saluran yang terhubung kepada bus itu. Dengan mengetahui besar daya hubung singkat (MVA) itu maka dapat ditentukan besar kapasitas alat pemutus daya sesuai pada setiap saluran pada bus yang bersangkutan.
2.     Besar daya hubung singkat atau arus hubung singkat yang mengalir pada setiap komponen (saluran, generator dan transformator) akan dipergunakan kemudian untuk mengkoordinir rele-rele.
 Analisis stabilitas transient
Stabilitas dari suatu sistem tenaga listrik adalah kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja normal setelah mengalami gangguan.
Tujuan dari stabilitas transien untuk memeriksa apakah sistem (generator-generator) tetap stabil atau tidak bila terjadi gangguan. Gangguan itu dapat berupa hubung singkat, penambahan beban yang besar dan tiba-tiba, atau pengurang pelepasan beban besar secara tiba-tiba. Tujuan lain dari analisis ini adalah untuk menentukan waktu terlama yang diizinkan sebelum gangguan itu diisolir.
Pengaturan daya aktif dan frekuensi
Bila ada penambahan beban sehingga kekurangan pembangkitan, atau bila karena gangguan terjadi kekurangan pembangkitan, maka frekuensi sistem akan turun. Untuk mengembalikan frekuensi ke harga nominal perlu ada alat pengatur. Alat pengatur utama adalah governor dari penggerak mula dan sebagai lata pengatur kedua adalah pengatur tegangan otomatik (AVR) dari generator.
Pengaturan tegangan dan daya reaktif
Pengaturan tegangan dan daya reaktif bertujuan untuk mengatur tegangan setiap titik (simpul) dalam sistem agar selalu berada dalam batas-batas tegangan yang diizinkan (± 5 %).
Dengan pengaturan ini sekaligus akan mengatur daya reaktif juga. Pengaturan tegangan dan daya reaktif ini biasanya dilakukan dengan meninggikan tegangan dalam generator, mengubah kedudukan tap dari transformator, atau menambah sumber daya reaktif yaitu kapasitor statik atau kondensator sinkron. Daya reaktif ada 2 macam yaitu daya reaktif induktif (daya reaktif lagging) dan daya reaktif kapasitif (daya reaktis leading), dimana keduanya mempunyai tanda yang berlawanan.
Pelepasan Beban (Load Shedding)
Bila penambahan beban terlalu besar atau bila kekurangan pembangkitan terlalu besar maka ada kemungkinan kapasitas cadangan sesaat (spinning reserve) dari sistem pembangkitan tidak cukup lagi sehinggga jatuhnya frekuensi sudah dibawah harga yang diizinkan. Untuk mendeteksi dan melepaskan beban ini digunakan “Under Frequency Relay” (UFR).(Sibuea)

DIELEKTRIK PADAT Pada Teknik Tegangan Tinggi

DIELEKTRIK PADAT 
2.1   Umum
      Dalam teknik tegangan tinggi, fungsi yang paling utama dari suatu bahan isolasi adalah untuk mengisolasi konduktor yang membawa tegangan terhadap yang lainnya sama baiknya terhadap tanah. Dan sebagai tambahannya, harus sering melakukan fungsi mekanis dan harus mampu menahan penekanan termal dan kimia. Serta juga memiliki daya tahan yang lama atau usia daya tahannya di bawah jenis-jenis penekanan yang bervariasi yang dihadapi dalam praktek sebagai pertimbangan penentuan aplikasi ekonomis.
       Bahan dielektrik padat digunakan pada hampir seluruh rangkaian listrik dan peralatan listrik untuk mengisolir bagian-bagian pembawa arus dari bagian lainnya. Bahan dielektrik padat yang baik harus mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas dan debu, dan tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia.
       Isolasi padat mempunyai kekuatan tegangan tembus yang tinggi dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Studi yang paling penting dalam teknik isolasi adalah studi tegangan tembus dari dielektrikum padat. Jika terjadi tembus, maka isolasi padat akan rusak secara permanen sedangkan pada isolasi gas akan kembali ke sifatnya semula dan pada isolasi cair sebagian akan kembali ke sifatnya semula dan sebagian lainnya tidak.
2.2  Kekuatan Dielektrik
       Salah satu tujuan dari pengujian tegangan tinggi adalah untuk meneliti sifat-sifat elektris dielektrik bahan yang telah dipakai sebagai bahan isolasi peralatan listrik maupun yang masih dalam tahap penelitian. Adapun sifat-sifat elektrik bahan dielektrik adalah :
1.    Kekuatan Dielektrik
2.   Konduktansi
3.   Rugi-rugi Dielektrik
4.   Tahanan Isolasi, dan
5.   Peluahan Parsial
Dalam tulisan ini sifat elektrik yang akan dibahas adalah sifat kekuatan dielektrik bahan isolasi. Suatu bahan dielektrik tidak mempunyai elektron bebas, tetapi mempunyai elektron-elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Pada Gambar 2.1 diperlihatkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah, maka timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberi gaya kepada elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas. Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban bagi dielektrik yang menekan dielektrik agar berubah menjadi konduktor.
Beban yang dipikul dielektrik ini disebut juga terpaan medan elektrik (Volt/cm). Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan elektrik.

Gambar 2.1  Terpaan Elektrik Dalam Dielektrik
Jika terpaan elektrik yang dipikulnya melebihi batas yang diizinkan dan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantarkan arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik dikatakan tembus listrik atau "breakdown". Terpaan elektrik tertinggi yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik disebut kekuatan dielektrik.
Tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.    Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama dengan kekuatan dielektriknya.
2.   Lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu tunda tembus dari dielektrik.
Yang dimaksud dengan waktu tunda tembus (time lag) adalah waktu yang dibutuhkan sejak mulai terjadinya ionisasi sampai terjadinya tembus listrik. Untuk tegangan sinusoidal frekuensi daya dan untuk tegangan searah syarat kedua di atas tidak berlaku, karena waktu puncak tegangan berlangsung dalam orde mili detik sedangkan waktu tunda tembus listrik ordenya dalam mikro detik. Tetapi untuk tegangan impuls yang durasinya dalam orde mikro detik kedua syarat tersebut harus dipenuhi. Untuk tegangan impuls sekalipun tegangan yang diberikan telah menimbulkan terpaan elektrik yang lebih besar dari kekuatan dielektrik, masih ada kemungkinan dielektrik tidak tembus. Kemungkinan ini terjadi jika terpaan elektrik yang melebihi kekuatan dielektrik itu berlangsung lebih singkat dari waktu tunda tembus listrik.
Lamanya waktu tunda tembus listrik tidak merata, oleh karena itu ditentukan dengan statistik, sehingga terpaan elektrik yang menimbulkan tembus listrik dinyatakan dalam suatu harga statistik, yaitu harga yang memberikan probabilitas tembus 50 %. Tegangan yang menyebabkan dielektrik tembus listrik disebut tegangan tembus atau breakdown voltage.
2.3  Dielektrik Padat dan Proses Kegagalannya
   Atom-atom yang menyusun zat padat terikat kuat satu sama lain. Keistimewaan yang paling menyolok dari kebanyakan zat padat adalah atom-atomnya (atau grup-grup atom) yang tersusun oleh sebuah derajat tinggi dari urutan pola yang berulang-ulang yang teratur dalam tiga dimensi yang disebut kristalin. Zat padat yang atom-atomnya disusun dalam sebuah model yang tidak beraturan disebut non-kristalin atau tak berbentuk. Oleh karena sebagian besar dari sistem pengisolasian komersial adalah zat padat, studi kegagalan dielektrik padat menjadi sangat penting pada studi isolasi.
   Penerapan medan elektrik yang tinggi pada material dielektrik padat dapat menyebabkan gerakan pembawa muatan bebas, injeksi muatan dari elektroda-elektroda, penggandaan muatan, formasi ruang muatan dan disipasi energi dalam material. Oleh karena kondisi-kondisi tersebut, yang dapat terjadi secara tunggal atau kombinasi, maka akhirnya mengacu pada material mengalami kegagalan elektris yang disebut juga breakdown.
   Pada prinsipnya dan dalam kondisi percobaan tertentu, mekanisme kegagalan dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi pada gas dan udara. Perbedaannya, kegagalan dalam zat padat sedikit lebih rumit, karena ada mekanisme kegagalan yang tidak dijumpai pada kegagalan gas. Nilai suatu zat padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran.
   Mekanisme kegagalan pada zat padat merupakan mekanisme yang rumit dan tergantung pada lama diterapkannya tegangan pada material dielektrik tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :
1.    kegagalan asasi (intrinsik)
2.   kegagalan elektromekanik
3.   kegagalan streamer
4.   kegagalan termal
5.   kegagalan erosi
 Gambar 2.2  Variasi tegangan tembus dan mekanisme kegagalan dengan waktu penerapan tegangan
2.3.1 Kegagalan Asasi (Intrinsik)
       Kegagalan asasi atau kegagalan intrinsik adalah kegagalan yang berasal dari atau disebabkan oleh jenis dan suhu bahan, dengan mengabaikan pengaruh faktor-faktor luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong-kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang diterapkan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu, yaitu 106 Volt/cm dalam waktu yang sangat singkat (10-8 detik). Kegagalan intrinsik ini merupakan bentuk kegagalan yang paling sederhana.
2.3.2      Kegagalan Elektromekanik
       Kegagalan elektromekanik terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit isolasi padat. Jika pada isolasi padat tersebut diberikan tegangan dengan polaritas yang berbeda, maka akan timbul tekanan (stress) listrik pada bahan tersebut yang dilanjutkan dengan timbulnya tekanan (pressure) mekanis. Tekanan mekanis ini terjadi akibat gaya tarik menarik F antar kedua elektroda tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 untuk tekanan listrik sebesar 106 Volt/cm dan akan dihasilkan tekanan mekanis sebesar 2-6 kg/cm2.
Gambar 2.3
2.3.3      Kegagalan Streamer          
       Jika diterapkan tegangan V pada zat padat yang terapit oleh elektroda bola-bidang, maka pada medium yang berdekatan, misalnya gas atau udara, akan timbul tegangan. Gas yang mempunyai permitivitas yang lebih rendah dari zat padat akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya, gas atau udara tersebut akan mencapai kekuatan asasinya. Karena kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat, sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Konsentrasi muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu mengakibatkan timbulnya medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini lebih besar dari kekuatan intrinsik, maka akan terjadi kegagalan pada zat padat tersebut. Proses kegagalan pada zat padat ini terjadi sedikit demi sedikit sehingga akhirnya zat padat gagal seluruhnya.
2.3.4      Kegagalan Termal
       Bila suatu medan diterapkan dalam suatu zat padat pada suhu normal, maka arus konduksi akan terjadi dalam bahan pada umumnya kecil. Dalam hal ini tidak akan terjadi apa dalam zat padat, walaupun E sudah cukup besar. Panas yang dibangkitkan oleh arus sebagian akan disalurkan keluar dan sebagian akan digunakan untuk menaikkan suhu badan. Tetapi, jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju pembuangan panas keluar, maka akan terjadi keadaan yang tidak stabil dan pada suatu saat bahan akan mengalami kegagalan. Kegagalan ini disebut kegagalan termal.
2.3.5      Kegagalan Erosi
       Terjadinya kegagalan erosi disebabkan oleh keadaan zat isolasi padat yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut misalnya berupa lubang-lubang atau rongga-rongga dalam bahan isolasi tersebut (Gambar 2.4), sehingga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih rendah daripada di dalam zat padat. Di samping itu, konstanta dielektrik di dalam rongga sering lebih rendah daripada dalam zat padat sehingga intensitas medan dalam rongga lebih besar daripada intensitas dalam zat padat. Oleh karena itu, mungkin saja akan terjadi  tegangan kegagalan di dalam rongga tersebut, meskipun pada waktu itu diterapkan tegangan kerja normal pada zat padat.


Gambar 2.4
       Pada waktu gas dalam rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan katoda anoda. Benturan-benturan elektron pada anoda akan mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi zat padat. Demikian pula, pemboman katoda oleh ion-ion positif akan mengakibatkan rusaknya zat isolasi padat karena kenaikan suhu, yang kemudian mengakibatkan ketakstabilan termal. Keadaan ini menyebabkan dinding zat padat lama kelamaan rusak, rongga menjadi makin besar dan zat padat bertambah tipis. Proses ini disebut erosi dan kegagalan yang diakibatkannya disebut kegagalan erosi.(SIBUEA)

Selasa, 29 Juli 2014

" Pengenalan dan Pemodelan Generator Serempak "


2.1.1 Umum
Generator serempak adalah mesin serempak yang digunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik arus bolak-balik (AC). Daya mekanik ini berasal dari prime mover misalnya saja turbin air,turbin angin,turbin uap ataupun lainnya.
        Seperti mesin listrik lainnya, generator serempak terdiri dari dua bagian utama,yaitu bagian yang diam (rotor) dan bagian yang bergerak (stator). Kumparan medan generator serempak terletak pada bagian rotor sedangkan kumparan jangkar berada pada bagian stator.
        Berdasarkan kontruksinya, Pada generator serempak, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator serempak pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan non salient (rotor silinder). Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan permukaan rotor.
 Gambaran bentuk kutup sepatu generator serempak  diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
   
 Gambar 2.1:  Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron
Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 atau 60 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator serempak  diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2: Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b) penampang rotor pada generator serempak
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada batang rotor generator sinkron.
        Dengan demikian,maka generator serempak akan memiliki rangkaian pengganti satu fasa seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut:
                Gambar 2.3 : Rangkaian pengganti generator serempak 
2.1.2 Prinsip Kerja Generator Serempak
Generator serempak bekerja dengan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut. Berdasarkan Hukum Biot-Savart, ketika arus listrik mengalir pada suatu kumparan akan timbul medan magnet ,maka pada kumparan kawat rotor akan timbul medan magnet yang besarnya sesuai dengan persamaan :
dengan
Br :  Medan magnet rotor
µ  : permeabilitas pengantar pada rotor
Nr  : jumlah lilitan kawat pada rotor
Ir  : arus searah yang mengalir pada rotor
l   : panjang penampang pengantar pada rotor
Pada generator tipe ini medan magnet diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada  kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator.
Tegangan yang dibangkitkan oleh generator serempak pada masing-masing fasa adalah sebagai berikut :
Dengan : EA = tegangan pada masing-masing fasa (Volt)
           Nc = jumlah lilitan pada kumparan stator
           Φ = fluks yang dihasilkan kumparan rotor (Wb)
           f   = frekuensi (Hz)
Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 : Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan
(a)                                                            (b)
Gambar 2.5 : a) Grafik Hubungan arus dan Fluks pada rotor ;(b) Grafik hubungan tegangan yang dihasilkan dengan arus rotor
Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.
Apabila generator serempak dihubungkan dengan sistem berbeban ataupun dihubung singkat,maka pada rangkaian stator akan mengalir arus induksi yang merupakan arus bolak-balik. Dengan demikian,walaupun generator serempak mendapatkan catu tegangan arus searah sebagai masukan, generator serempak akan menghasilkan tegangan arus bolak-balik sebagai energi listrik keluarannya.

Dengan : Vt = tegangan terminal yang disuplai generator serempak pada beban
            Ia   = arus yang mengalir pada stator
            Ra = hambatan dalam kawat penghantar stator

                          Gambar 2.6 : Gambar diagram phasor generator serempak
2.1.3 Rangkaian Ekivalen Generator Serempak
Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator serempak. Tegangan ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator. Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus jangkar yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada stator, disebut reaksi jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.
        Untuk mempermudah dalam menganalisa generator serempak,dapat dibuat rangkaian ekivalen per-fasa.Pada bagian rotor terdapat komponen tahanan dan induktansi dari kumparan. Gambar 2.7 dibawah ini menunjukkan rangkaian ekivalen per-fasa dari generator serempak.



 
        Gambar 2.7 : Rangkaian ekivalen per-fasa dari generator serempak.
dengan :
VF = tegangan DC yang akan diberikan pada kumparan rotor (Volt)
IF   = arus yang mengalir pada kumparan rotor (A)
RF = tahanan  si kumparan rotor (H)
EA   = ggl yang dibangkitkan pada setiap fasa (Volt)
Xs  = reaktansi serempak (Ω)
Ra  = tahanan kumparan stator (Ω)
Ia    = arus pada stator (A)
Va  = tegangan keluaran generator (Volt)
        Dari rangkaian diatas,dapat diketahui hubungan EA  dan Va yaitu :
Va = EA -  (Ra + j Xs) Ia  ………………………………..(2.4)
2.1.4 Daya dan Torsi pada Generator Serempak
       Masukan daya dari generator adalah daya mekanik yang disuplai oleh prime mover.Pada keadaan steady state,torsi mekanik prime mover seharusnya seimbang dengan torsi elektromagnetik yang dihasilkan generator dan juga torsi mekanik yang hilang akibat gesekan dan kumparan.
                Tpm = Tem + Tloss ......................................................................(2.5)
                Ppm = Pem + Ploss ……………………………………....(2.6)
dengan :
Tpm : torsi prime mover        Ppm : daya yang disuplai p
Tem : torsi elektromagnetik             Pem  : daya elektromagnetik
Tloss : torsi rugi-rugi mekanik          Ploss : rugi-rugi daya
   Hubungan torsi elektromagnetik dan daya yang dihasilkan generator ditunjukkan pada persamaan 2.7.

2.1.5 Pengaturan Tegangan Pada Generator Serempak
        Besarnya pengaturan tegangan pada generator serempak merupakan nilai perbandingan antara selisih tegangan terminal pada kondisi tanpa beban dan kondisi beban penuh dengan tegangan kondisi beban penuh.
dengan :
VR= Pengaturan Tegangan
Va(NL) = Tegangan terminal pada saat tanpa beban (Volt)
Va(FL) = tegangan terminal pada saat beban penuh (Volt).
Mungkin demikian yang dapat saya bagikan tentang Generator,Semoga bermanfaat...,Sampai jumpa dipostingan selanjutnya.(Sibuea)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India